Mayeng-mayeng: Gua Kiskenda
Sungai di Kiskenda |
Suatu saat mereka datang ke Kahyangan mengajukan keinginannya untuk memperistri Dewi Tara putri sang Bathara Indra. Sikap biadab itu menimbulkan kemarahan dewata. Para dewa serta merta menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Dua saudara itu tidak bisa menerima penolakan itu. Mereka lalu mengamuk ke Kahyangan. Ribuan tentara biantang dikerahkan untuk menyerang kahyangan. Karena kesaktian keduanya sangat dahsyat, tak satupun para dewa yang dapat mengalahkan Maesasura dan Lembusura.
Dalam keadaan demikian, Bathara Guru mencari cara untuk menumpas wadyabala Goa Kiskenda. Hanya ada satu cara yaitu dengan menggunakan kesaktian kadewatan yang maha dahsyat utnuk mengalahkan mereka. Kesaktian itu bernama aji Pancasona. Namun yang dapat menerimanya harus dia yang berhati luhur dan seorang suci yang mampu mengendalikan segala nafsunya sehingga kesaktian maha dahsyat itu tidak digunakan sewenang-wenang.
Para dewa sepakat untuk menyerahkan kesaktian itu ke Subali putra Resi Gotama yang sedang bertapa di Suryapringga. Bertahun-tahun mereka bertapa mematikan seluruh raga dan memusatkan seluruh pancaran jiwa mereka kepada Sang Pencipta. Tujuan mereka hanya satu memohon ampun kepada dewata atas segala perbuatan yang telah mereka lakukan. Suasana hening menjadi semarak saat Bathara Guru ditemani oleh Bathara Narada dan para dewa turun ke marcapada menemui mereka. Subali dan Sugriwa segera dibangunkan dari pertapaannya. Dan berkatalah sang raja dewa bahwa permohonan mereka akan dikabulkan dengan syarat mereka harus menumpas terlebih dahulu angkara murka yang kini bersemayam di tubuh Maesasura dan Lembusura. Subali dan Sugriwa bersedia. Dan sebelum mereka berangkat secara khusus, Bathara Guru menganugerahkan aji Pancasona kepada Subali dengan harapan Subali dapat menggunakannya demi perdamaian di alam ini.
Dengan kesungguhan hati, Subali dan Sugriwa berangkat ke Goa Kiskenda. Di mulut Goa, Subali berpesan pada adiknya untuk waspada dan siap berjaga-jaga. Apabila keluar cairan darah berwarna merah, maka dapat dipastikan bahwa seluruh musuh telah sirna dari muka bumi ini. Namun apabila terjadi genangan darah putih mengalir keluar Goa, maka Sugriwa harus segera menutup pintu Goa. Setelah Sugriwa menyanggupi, Subali langsung masuk kedalam melabrak Maesasura dan Lembusura.
Gua Kiskenda |
Keadaan menjadi gembira tatkala para dewata mengetahui kabar matinya Maesasura dan Lembusura. Namun keadaan itu berubah menjadi duka saat mengetahui Subali juga mati dalam pertempuran itu. Sugriwa yang telah melaporkan itu kemudian dianugerahi hadiah untuk mempersunting Dewi Tara. Tak lama setelah perkawinan itu Subali tiba-tiba muncul di tengah-tengah keramaian. Subali mengamuk dan menganggap Sugriwa telah mengkhianati dirinya. Sugriwa yang terkejut belum sempat mejelaskan apa-apa sudah langsung dihajar oleh Subali.
Kesaktian Subali yang berada jauh diatas Sugriwa membuat Sugriwa semakin tidak berdaya. Bathara Guru datang melerai dan panjang lebar menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Mendengar hal itu Subali menyesal dan dengan pilu meminta maaf pada adiknya. Cinta Sugriwa yang besar kepada kakaknya itu membuatnya menerima semua yang telah terjadi. Akhirnya Subali yang sudah berdharma sebagai brahmana, menyerahkan goa Kiskenda dan Dewi Tara kepada Sugriwa. Sugriwa kemudian membangun kerajaan kera yang diberi nama Pancawati, sementara Subali melanjutkan tapa bratanya.
Sungai di Kiskenda |
Goa Kiskenda adalah salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Kendal. Goa Kiskenda terletak di Dusun Guwo Desa Trayu Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Berjarak sekitar 27 KM dari kota Kendal, ibukota kabupaten. Dan 40 KM dari pusat kota Semarang. Ornamen stalagtit dan stalagnit di dalam Goa menggambarkan kisah Maesa Suro-Lembu Suro hingga runtuhnya kerajaan Goa Kiskendo.
Obyek wisata ini termasuk dalam pengelolaan Perum Perhutani Jawa Tengah. Bisa dicapai +/- 1 jam dari Kendal dan sekitar 2 jam dari Semarang.
Gua Kiskenda |
Wikimapia link: Lokasi Obyek Wisata Goa Kiskenda Trayu