Apakah Pemberian BLSM Menodai Pancasila?
Gambar dari The Jakarta Post |
JAKARTA - Pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) oleh pemerintah sebagai kompensasi atas kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus menuai kritik. Pemberian BLSM, dianggap sebagai salah satu sikap pemerintah yang mencederai Pancasila.
"Apakah sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia bisa digambarkan lewat pemberian BLSM? Apa itu yang namanya negara Pancasila?," tegas Sejarawan Universitas Indonesia (UI), Anhar Gonggong di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (27/6/2013).
Menurut Anhar, Pemberian BLSM mencederai sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dia juga mengkritik pemerintah yang terkesan tidak maksimal dalam mewujudkan sila kelima tersebut.
"Yang punya 'Keadilan Sosial' itu hanya beberapa kalangan. Sementara kalau bicara 'Bagi Seluruh Rakyat Indonesia' enggak ada yang mau," sambungnya. Pemerintah, menurut Anhar, telah gagal dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang menerima BLSM. Dengan demikian, artinya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. "Ketika BLSM mau diberikan, ternyata menunjukan ada sekian juta masyarakat Indonesia hidup miskin. Itu tandanya kita gagal. Itu bukti kegagalan negara kita selama 68 tahun merdeka," pungkasnya.
68 tahun kita merdeka, 68 tahun pula kita “terlepas” dari jajahan dan tekanan bangsa asing. Namun, apakah selama 68 tahun itu pula kita langsung bisa berlari kencang, langsung bisa memanjat pohon setinggi-tingginya. Memang kita adalah sebuah bangsa, bangsa yang besar, yang seharusnya menjadi kuat dalam sekejap seperti seorang yang loyo diberi kapsul Viagra.
Dalam kurun waktu 68 tahun itu, tentunya kita semua tahu bagaimana perjalanan bangsa ini dalam menjadi sebuah bangsa yang memimpikan kemakmuran absolute, keadilan yang abadi, dan kedamaian surgawi. Tentunya, kita harus bisa mewujudkan itu semua namun kita juga harus menyadari bahwa semuanya tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Jangan samakan dengan Malaysia, jangan padupadankan dengan Singapura.
Dalam perkembangan dan dalam perjalanannya Indonesia lebih banyak dijegal oleh bangsa sendiri, walaupun juga ada kekuatan asing yang mendalanginya. Kini, seolah kita kembali lagi ke jaman Indonesia belum merdeka, atau minimal pasca kemerdekaan. Dimana harga-harga melambung tinggi, banyak orang yang kembali hidup miskin,atau tetap miskin dari jaman baheula. Setidaknya artikel di atas menunjukkan hal yang demikian.
Namun, dimanakah alasan logis yang bisa dikemukakan oleh Anhar Gonggong jika BLSM menodai Pancasila? BLSM tidak menodai Pancasila! Jika kegagalan pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya dijadikan alasan BLSM menodai Pancasila maka itu adalah sebuah alasan yang mengada-ada.
Namun, dimanakah alasan logis yang bisa dikemukakan oleh Anhar Gonggong jika BLSM menodai Pancasila? BLSM tidak menodai Pancasila! Jika kegagalan pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya dijadikan alasan BLSM menodai Pancasila maka itu adalah sebuah alasan yang mengada-ada.
Yang menodai Pancasila adalah mereka-mereka yang hidup dalam kemewahan, menangguk keuntungan besar dari rakyat kecil, namun mereka abai kepada rakyat Indonesia. Bukan BLSM. Jika kita memang berpedoman kemakmuran belum merata, itu adalah kenyataan dan itu menjadi tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah saja.
Memang, kita sebagai rakyat lebih mudah menggonggong daripada bertindak, kita mudah berbicara karena kapasitas kita hanya memikirkan 4-5 orang yang menjadi tanggung jawab kita secara pribadi. Jika memang kita tidak mau menodai Pancasila, maka marilah kita bersama-sama membangun Indonesia ini. Dalam satu frekuensi, dalam satu gerakan ombak, dalam satu barisan yang sepakat Indonesia harus maju dan Indonesia harus menjadi Macan Asia.
Salam INDONESIA RAYA!
gi.santosa@live.com