Negara Preman

Sebenarnya apa yang salah dengan hadirnya demokrasi dan keterbukaan di negeri ini. Hingga seolah-olah pasca reformasi bangsa ini identik dan familiar dengan kekerasan. Padahal sebagaimana kita ketahui, sebelum reformasi, ketika Orde Baru masih berkuasa jarang kita jumpai kekerasan terjadi di masyarakat.
Memang, banyak kalangan berpendapat Orde Baru adalah jaman di mana kekerasan dilegitimasi oleh Negara, kekerasan dan tekanan sudah menjadi konsumsi halal untuk melanggengkan kekuasaan dan kepentingan tertentu. Namun, apakah kita menjumpai benturan di masyarakat yang berakhir dengan konflik yang berdarah-darah? Jawabnya adalah: Tidak!

Sekarang, reformasi sudah digulirkan, mereka semua sudah menikmati demokrasi yang dulu mereka idamkan, mereka impikan. Pintu berpendapat dan berorganisasi sudah dibuka lebar. Namun, lebarnya pintu demokrasi justru menjadikan budaya dan adab yang dahulu kita miliki pergi menghilang karena tergusur oleh peradaban dan budaya yang dating dari luar negeri.

Demokrasi sudah menjadi TUHAN bagi mereka-mereka yang getol dengan perjuangan atas sesuatu yang mereka klaim sebagai hak atas rakyatnya. Bahkan demikian dengan kelompok-kelompok yang sedang mencarikan negara buat TUHAN mereka. Atau kelompok lain yang khawatir alirannya akan terhenti dengan adanya aliran lain yang mereka anggap sesat. 

Memang, itu yang menjadi tujuan kita dan mereka. Entah apa yang akan dikatakan orang-orang, itu hanya suara angin yang berlalu. Kita preman, negara kita preman, dan ormas kita juga preman.

DAN MASIH INGINKAH KITA BERKUBANG DALAM RELIGIUSITAS PREMANISME DAN NASIONALISME PREMAN?

Postingan populer dari blog ini

Estimasi Hasil Produk Pemotongan Ayam Broiler

Diagram Bagian-Bagian Daging Sapi Bagian #1

Sejarah Desa Boja: Mataram Kuno hingga Jaman Wali Songo