Ruwatan
Manusia Jawa percaya bahwa seluruh orang dari golongan Sukerta wajib melalui suatu proses yang dinamakan dengan Ruwatan. Menurut orang Jawa pada umumnya, ruwatan dimaknai sebagai salah satu upaya menuju "pencerahan" diri dari kegelapan yang telah meliputi hidup semenjak lahir hingga diruwat. Banyak awam menilai ruwatan adalah upaya untuk membebaskan manusia Sukerta dari Bathara Kala, salah satu raksasa yang dipercaya akan "memakan" manusia Sukerta. Bathara Kala, adalah raksasa yang dimaknai sebagai penguasa waktu.
Korelasi dengan pemaknaan QS Al Ashr:
Kutipan QS Al Ashr
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ruwatan, pada dasarnya adalah usaha untuk "menyucikan" orang-orang Sukerta sehingga menjadi "niskala" dan "nirmala" dalam kehidupannya kelak. Bathara Kala yang disimbolkan sebagai penguasa waktu akan memakan manusia-manusia Sukerta sehingga tidak mempunyai kesempatan atau waktu dalam menjalankan hidupnya.
Ruwatan dalam pandangan Islam ini mempunyai korelasi dengan pemaknaan dan aktualisasi Quran surat Al Ashr, bahwa dalam Quran surat Al Ashr manusia diharapkan sangat menghargai waktu, agar tidak merugi, kecuali orang-orang yang mempunyai "kasantosan" yang selalu mentaati kebenaran.
Bagi orang-orang Islam, sesungguhnya pemaknaan dan usaha untuk menjalankan perintah yang tertuang dalam QS Al Ashr inilah yang bisa disebut sebagai "Ruwatan Sejati". Dalam Islam sendiri tidak disebutkan adanya Ruwatan, bahkan ada beberapa kalangan menganggap Ruwatan sebagai suatu kemusyrikan.
Sumonggo.
Korelasi dengan pemaknaan QS Al Ashr:
Kutipan QS Al Ashr
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ruwatan, pada dasarnya adalah usaha untuk "menyucikan" orang-orang Sukerta sehingga menjadi "niskala" dan "nirmala" dalam kehidupannya kelak. Bathara Kala yang disimbolkan sebagai penguasa waktu akan memakan manusia-manusia Sukerta sehingga tidak mempunyai kesempatan atau waktu dalam menjalankan hidupnya.
Ruwatan dalam pandangan Islam ini mempunyai korelasi dengan pemaknaan dan aktualisasi Quran surat Al Ashr, bahwa dalam Quran surat Al Ashr manusia diharapkan sangat menghargai waktu, agar tidak merugi, kecuali orang-orang yang mempunyai "kasantosan" yang selalu mentaati kebenaran.
Bagi orang-orang Islam, sesungguhnya pemaknaan dan usaha untuk menjalankan perintah yang tertuang dalam QS Al Ashr inilah yang bisa disebut sebagai "Ruwatan Sejati". Dalam Islam sendiri tidak disebutkan adanya Ruwatan, bahkan ada beberapa kalangan menganggap Ruwatan sebagai suatu kemusyrikan.
Sumonggo.