Sekedar menulis: Pendidikan Bahasa yang Berwawasan Lingkungan Bagi Anak Usia Dini (Empan Papan)

Gambar dari: wordpress.com
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.

Semua orang tua tentunya menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi  yang baik, cerdas dan berkualitas. Hanya saja, dalam prosesnya tak bisa lepas dari peran seorang pendidik. Persoalannya, masih ada pendidik yang tidak menyadari betapa pentingnya arti pendidikan bagi anak. Selain itu, terkadang juga ada pendidik yang pengetahuannya cukup minim dalam memberikan pendidikan yang baik terhadap anak.

Padahal, berbicara tentang pendidikan pastinya ada suatu proses yang di dalamnya terdapat beberapa unsur. Dalam hal ini pendidik sebagai subyek, anak didik sebagai obyek, dan proses pendidikan sebagai predikatnya. Dalam konteks pendidikan, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak dari pada guru sekolah. Ini juga melihat, orang tua merupakan pendidik pertama yang ditemui anak sejak anak lahir. Serta, orang tua lah yang memiliki waktu mengawasi lebih lama di banding dengan pendidik di sekolah atau guru.

Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.

Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Sering diantara kita mempunyai tujuan agar anak kita memiliki kemampuan lebih dari anak-anak seumurannya di lingkungan sekitar. Banyak orangtua, bingung mau menyekolahkan anaknya sedini mungkin dan kalo bisa sekolah itu mengajarkan bahasa asing (Inggris) dan asing (Mandarin). Sebaiknya ajarkan Bahasa Ibu (Bahasa Indonesia) kepada anak kita yang hidup di Indonesia. Mengapa? Agar mereka memiliki pemahaman yang baik dan dasar yang kuat untuk berkomunikasi, dan ini penting sekali bagi anak. Komunikasi merupakan jembatan untuk mengungkapkan emosi atau “uneg-uneg” perasaan yang ada dihati dalam dirinya, jika ia tidak dapat mengungkapkan emosinya melalui kata-kata (dia tidak tahu mau ngomong apa, karena kosa kata dikepalanya terbatas) maka ini bisa menjadi Mental Block (Hambatan Mental) yang dapat mengganggu pencapaiannya saat anak tersebut dewasa. Sekali lagi fokuskan kepada Bahasa Ibu, apalagi jika Anda dirumah dan orang disekitar rumah menggunakan Bahasa Indonesia.

Memang ada banyak teori yang mengatakan usia 0-3 tahun adalah usia “Golden Age” dimana otak anak seperti spons yang menyerap air. Semua informasi bisa masuk dengan mudahnya, apa yang dipelajari diserapnya dengan mudah. Memang banyak pilihan, mau diajarkan apa saja bisa masuk. Mau diajarkan Bahasa Asing bisa, mau diajarkan berhitung, menghafal nama pemimpin negara sedunia juga bisa. Saran saya di usia seperti itu ajarkanlah disiplin dan budi pekerti, sopan santun dan nilai–nilai kehidupan. Banyak penelitian dari ahli-ahli perkembangan anak menunjukan hasil, tidak ada beda yang mencolok kepintaran atau prestasi antara anak yang diajarkan berhitung, bahasa asing dan menulis sejak usia dini dengan anak yang memang sudah saatnya diajarkan (rentang usia 5,5-8 tahun). Jadi hasilnya tidak signifikan alias sama saja, jika sama saja mengapa tidak mulai menata sikap mental anak sejak dini?

Setahu saya, beberapa sekolah sekarang untuk masuk kelas 1 SD harus sudah bisa baca tulis. Beda dengan kita dahulu, SD baru belajar baca tulis. Jujur, sebagai orangtua kita melihat perkembangan jaman dan tantangan jaman sekarang ini berbeda dengan sewaktu kita masih kecil. Apalagi banyak sekali dengan kurikulum luar yang sudah masuk ke negara kita, sebagai orangtua kita yang menjadi bingung. Kita memang ingin memberikan yang terbaik untuk anak, tapi apakah kita tahu apa yang anak inginkan dan itu terbaik buat dirinya?

Jangan sampai pada akhirnya ketika orang tua sibuk mempresentasikan kemampuan anaknya, yang terjadi malah sebaliknya. Si anak tidak bisa menerima atau menterjemahkan apa yang dikomunikasikan oleh orang lain dengan bahasa ibu sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Karena jika ini terjadi maka akan sangat memalukan kedua orang tua si anak.


Sumber:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/14/peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak-508864.html
http://pendidikananak2.blogspot.com/2012/04/bahasa-anak-usia-dini.html
http://www.timothywibowo.com/perlukah-anak-belajar-bahasa-asing-sejak-dini

Postingan populer dari blog ini

Estimasi Hasil Produk Pemotongan Ayam Broiler

Diagram Bagian-Bagian Daging Sapi Bagian #1

Sejarah Desa Boja: Mataram Kuno hingga Jaman Wali Songo