Ketenangan atau Kesenangan Yang Kita Jadikan Ukuran?

gambar dari www.google.com
Setiap manusia menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, di manapun ia berasal. Orang miskin, kaya, anak kecil, dewasa, tua, guru, mahasiswa, bahkan pelaku kejahatan menginginkan kebahagiaan. Tetapi di dalam kehidupan ini, ada dua tipe cara manusia mencari kebahagiaan. Yang pertama mereka yang mencari kebahagiaan dengan kesenangan, lalu yang kedua mereka yang mencari kebahagiaan dengan ketenangan.

Salah satu masalah hidup modern dewasa ini yakni bergesernya orientasi hidup. Orientasi hidup yang bergeser itu adalah dari hidup mencari ketenangan bergeser menjadi hidup mencari kesenangan indriawi. Hidup ideal adalah yang tenang lahir batin. Perubahan orientasi hidup dari mencari ketenangan menuju kesenangan banyak menimbulkan berbagai kerusakan moral, mental dan kesehatan fisik manusia.

Banyak orang dalam mencari kebahagiaan selalu melewati jalan yang mereka sebut sebagai kesenangan, entah apa itu wujudnya. Ada diantara mereka yang mencarinya di tempat-tempat keramaian, tempat hiburan, bahkan di tempat pelacuran. Ada alasan-alasan yang selalu mereka kemukakan ketika terjadi sebuah diskusi atau bahkan perdebatan tentang itu. Ada pula mereka yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang tenang, di gunung, di hutan atau di dalam majelis keagamaan.

Hidup senang dan susah itu bagaikan gunung dan jurang. Semakin tinggi gunung itu maka jurangnya juga semakin dalam. Semakin tinggi kita bersenang-senang mengumbar nafsu semakin dalam duka derita yang menghadangnya.

Salah satu di antara tujuh dosa sosial yang pernah dikemukakan oleh Mahatma Gandi adalah masalah hidup mencari kesenangan. Gandi menyatakan mencari kesenangan yang tidak dikendalikan berdasarkan kesadaran budhi dapat menimbulkan dosa sosial. Memang mencari kesenangan tentunya merupakan dambaan setiap manusia normal di dunia ini. Namun, carilah kesenangan yang tidak berisiko tinggi membawa pada kedukaan yang dalam. Carilah kesenangan secara wajar dan tidak melaggar norma hidup, terutama norma agama, kesusilaan, kesopanan dan norma hukum.

Teringat kata-kata dari seorang tua yang tidak terpelajar, "Apa yang dicari dari keramaian di sebuah tempat hiburan? Ketemu orang banyak itu pasti, berhura-hura itu adalah kenyataan hakiki. Namun, apakah mereka memperdulikan kehadiran kita? TIDAK!".

Postingan populer dari blog ini

Estimasi Hasil Produk Pemotongan Ayam Broiler

Diagram Bagian-Bagian Daging Sapi Bagian #1

Sejarah Desa Boja: Mataram Kuno hingga Jaman Wali Songo