Kuliner: Loenpia Semarang

Loenpia Semarang
Lumpia semarang adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang.

Cita rasa lumpia semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang, Jawa Tengah.

Lumpia berasal dari Negeri Cina. Istilah Lumpia berasal dari bahasa Hokkien yaitu 潤餅 (lun-pia) yang merupakan istilah lain dari Popiah (sejenis lumpia dengan ukuran lebih besar). Resep Lumpia, baik yang basah maupun yang kering, dibawa oleh imigran Cina dari Provinsi Fujian ke Asia Tenggara dan menjadi terkenal ketika sampai di Indonesia dan Filipina (di Filipina disebut sebagai Lumpiang).

Menurut sejarahnya, lumpia Semarang ini diciptakan dan dirintis oleh pasangan suami-istri Cina-Jawa sekitar satu abad yang lalu. Pasangan suami istri tersebut sebelum menikah memang merupakan penjual lumpia dengan rasa khas budaya dari masing-masing daerah. Pemuda Cina bernama Choa Taiyu (Tjoa Thay Yoe) yang berasal dari Fuking menyajikan lumpia dengan resep Hokiang, sedang Mbok Warsih sebagai orang pribumi mempunyai ramuan khas Semarang. Dari perpaduan rasa Hokiang dan Semarang inilah, makanan lumpia menjadi kebanggaan warga Semarang dan kini telah diwarisi oleh keempat generasi.

Dewasa ini, terdapat enam jenis lumpia semarang dengan cita rasa yang berbeda. Pertama aliran Gang Lombok (Siem Swie Kiem), kedua aliran Jalan Pemuda (almarhum Siem Swie Hie), dan ketiga aliran Jalan Mataram (almarhumah Siem Hwa Nio). Ketiga aliran ini berasal dari satu keluarga Siem Gwan Sing–Tjoa Po Nio yang merupakan menantu dan putri tunggal pencipta lumpia Semarang, Tjoa Thay Yoe–Wasih dan yang terakhir adalah lumpia Jalan TanggaMus (Ny. Mechtildis Tyastresna Halim) lumpia nya bulat-bulat dan gurih.

Aliran keempat adalah sejumlah bekas pegawai lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah orang-orang dengan latar belakang hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep hasil pembelajaran dari lumpia yang sudah beredar.

Generasi tertua saat ini, yaitu generasi ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani konsumennya di kios warisan ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11. Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini menurut sejumlah penggemarnya yang sempat ditemui di kios tersebut adalah racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.

Lumpia buatan generasi keempat dapat kita peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok Lien (43) di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios almarhum ayahnya, Siem Swie Hie, yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.

Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.

Adapun generasi keempat lainnya, yaitu anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan dari Siem Swie Kiem) meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono) di samping membuka kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara anak-anak almarhum Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta. Bahkan ada cucu almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios lumpia sendiri di Semarang.

Selain keluarga-keluarga leluhur pencipta lumpia semarang tersebut, sekarang banyak juga orang-orang ”luar” yang membuat lumpia semarang. Mereka umumnya mantan karyawan mereka. Mereka yang mempunyai hobi kuliner juga turut meramaikan bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia sendiri, seperti Lumpia Ekspres, Phoa Kiem Hwa dari Semarang International Family and Garden Restaurant di Jalan Gajah Mada, Semarang.

Penyajian lumpia khas semarang ini, baik lumpia goreng maupun lumpia basah, dilengkapi dengan saus, cabe rawit dan acar. Saus terbuat dari tauco, ada juga yang terbuat dari saus bawang. Acarnya adalah mentimun yang diris balok kecil-kecil dengan cuka yang asam. Menikmati lumpia Semarang ini sangat memanjakan lidah karena kelezatan rasanya dan ukurannya yang relatif besar, tidak seperti lumpia pada umumnya. Lumpia yang terkenal di Semarang adalah lumpia yang terletak di gang Lombok, di jalan Pemuda,  di jalan Pandanaran, dan di jalan Mataram (M.T Haryono). Keempat pusat lumpia Semarang ini sebenarnya berasal dari satu keluarga yang sama. Usaha lumpia Semarang ini masih diteruskan dari generasi pertama dahulu secara turun temurun hingga kini dan berkembang varian rasa dan masing-masing pusat lumpia tersebut memiliki khas citarasa yang berbeda.

Berikut ini adalah resep pembuatan lumpia (sederhana), check this out bradda!
Bahan Masakan :
-  20 bh kulit lumpia
-  250 gr rebung, iris-iris panjang dan halus
-  250 gr udang, rebus dan iris-iris panjang
-  1/2 ekor ayam, rebus dan potong-potong panjang
-  2 bh wortel, rebus dan iris-iris panjang
-  4 siung bawang putih
-  10 bh bawang merah, iris halus
-  100 gr mentega, campur dengan sedikit minyak goreng
-  royco kaldu ayam secukupnya  
Bahan Saus :
-  10 siung bawang putih, haluskan
-  3 sdm air mendidih
-  cuka secukupnya 
Cara Memasak Lumpia Semarang :
1. Panaskan 2 sdm mentega, tumis bawang merah dan bawang putih hingga harum. Masukkan ayam, udang, rebung dan wortel, aduk, tambahkan royco dan sedikit air. Masak sampai bumbunya meresap dan air mengering. Angkat dan biarkan hingga dingin.
2. Isi masing-masing kulit lumpia dengan adonan isi diatas, bungkus rapi. Panaskan mentega, goreng lumpia hingga kuning. Hidangkan dengan saos bawang putih.
3. Untuk saos : campur jadi satu bawang putih, air mendidih dan cuka, aduk rata.


Lihat Kawasan Oleh-oleh Khas Semarang di peta yang lebih besar


Sumber:

Postingan populer dari blog ini

Estimasi Hasil Produk Pemotongan Ayam Broiler

Posisi Bercinta Paling Nikmat

Sejarah Desa Boja: Mataram Kuno hingga Jaman Wali Songo