Pelacur adalah Pahlawan (?)

Gambar dari: http://www.tempo.co/

Pekerja seks komersial adalah pahlawan keluarga karena mereka umumnya bekerja untuk menghidupi keluarga. Dalam kondisi itu, tidak manusiawi jika tempat pelacuran ditutup.

Memang dilematis jika membicarakan hal ini. Sebuah bisnis yang sudah berumur ribuan tahun itu. Sebuah bisnis yang memang bergelimang kemewahan dan dosa-dosa berat (menurut mereka yang paham dengan ilmu-ilmu agama). Usaha yang jelas dipandang merendahkan hak asasi manusia pelaku bisnis itu sendiri. Sebuah kegiatan yang mereka pahami sebagai upaya bertahan hidup di tengah jaman yang semakin membutuhkan biaya-biaya tinggi untuk semua hal yang menjadi kebutuhan pokok manusia.

Di satu sisi kita memandang kegiatan tersebut sudah melawan kodrat manusia itu sendiri. Mempersewakan tubuh untuk dinikmati mereka-mereka yang sedang dilanda bencana syahwat yang dahsyat atau mereka yang memang ingin mencari sebuah sensasi yang sebenarnya sudah pernah mereka rasakan.

Namun tak perlu kita mengulas lebih jauh tentang aktivitas mereka di bilik yang disebut penuh dengan kenikmatan itu. Tidak ingatkah kita pada sebuah lagu yang mengisahkan para pekerja seks itu? Mereka menangis dibalik semua hal yang disebut sebagai syahwat tak tertahankan itu.

Tidak ada manusia yang lahir di dunia ini yang bercita-cita menjadi PSK, sebenarnya tak ada orang tua yang rela anaknya menjadi penjaja cinta. Entah itu sudah suratan takdir atau memang materialisme sudah menjerat jiwa-jiwa semacam mereka? Pada banyak kasus, mereka nekat melacurkan diri hanya karena himpitan ekonomi keluarga. Banyak contoh yang bisa dilihat dan tak perlu diperjelas di sini.

Seperti perang, dimana ada pihak-pihak yang menjadi pahlawan bagi bangsanya namun menjadi hantu bagi lawan perangnya. Demikian juga dengan kegiatan dan pelaku bisnis semacam ini. Dalam pandangan keluarga mereka, entah keluarganya mengetahui atau memang menutup mata. Para pelacur adalah pahlawan bagi keluarga mereka, jelas bahwa mereka menjadi martir yang mengorbankan dirinya demi orang lain (keluarga, mungkin orang tua dan saudaranya) tak peduli yang menimpa dirinya sendiri. Dan jelas, bagi pihak-pihak yang berseberangan, pada PSK ini dianggap sebagai penyakit bahkan sampah masyarakat yang harus dienyahkan dari muka bumi.

Yang menjadi pertanyaan hingga saat ini adalah apakah pelacuran ini sudah menjadi takdir Illahi ataukah hanya trend untuk mengikuti jaman yang semakin menjerat kehidupan dengan paham materialismenya? Jika memang ini adalah trend, mengapa bisnis ini sudah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu? Jika memang sudah menjadi takdir Illahi, mengapa TUHAN menurunkan kutukan kepada mereka-mereka untuk menjadi seorang penjaja cinta?

Namun jika memang semua sepakat bahwa pelacuran adalah penyakit sosial, maka manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan hendaknya juga mempunyai sedikit jiwa kesetiakawanan jika memang bisa membantu memberikan solusi untuk menyembuhkan atau menghilangkan penyakit ini maka sumbangkan ide dan gagasan. Jika memang tidak bisa membantu untuk menyembuhkan atau mengobatinya maka marilah kita bersama-sama melakukan introspeksi, bagaimana jika itu terjadi pada keluarga kita?


Sumber:
1. Kompas.com | Bupati Kendal: PSK Adalah Pahlawan Keluarga
2. Islampos.com | Surat Cinta Untuk Bupati Kendal

Postingan populer dari blog ini

Estimasi Hasil Produk Pemotongan Ayam Broiler

Diagram Bagian-Bagian Daging Sapi Bagian #1

Sejarah Desa Boja: Mataram Kuno hingga Jaman Wali Songo