Gagasan Marx dan Kesadaran Beragama

Gambar dari
http://lareviewofbooks.org/
Kritikan Marx atas agama memang seharusnya menyadarkan kita pada kehidupan nyata. Bahwa manusia  memang benar-benar harus menempatkan agama seperti sebagaimana mestinya. Bukan menjadi barang yang menjadikan manusia semakin kecanduan. Agama harus disikapi sebagai kebutuhan pokok, yang selalu menjaga kehidupan agar tetap mulia. Bukan sebagai candu, yang pasti akan merusak kemuliaan hidup itu sendiri.

Jadi bisa dibenarkan apa yang dikatakan Karl Marx bahwa "agama" adalah candu bagi masyarakat. Seolah semua yang didasarkan pada "agama" sudah menjadi "keharusan". Lihatlah, kekerasan yang dilakukan oleh mereka-mereka pembela "agama". Bahkan tindakan-tindakan yang kurang bermoralpun juga dilakukan oleh mereka-mereka yang sedang kecanduan "agama" dalam hidupnya. Tengoklah kemarin, di Jawa Barat ada bocah gila yang memakai jubah dan sorban yang menginjak leher operator soundsystem. Lalu insiden Sukorejo pada awal Ramadhan tahun lalu yang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, yang dilakukan segerombolan mas-mas yang mengaku sedang membela agamanya.

Dari kejadian tersebut bisa disimpulkan bahwa mereka-mereka sedang mengalami kecanduan hingga menyebabkan mereka dalam keadaan mabuk agama. Memang, menuliskan peristiwa kecanduan agama di Indonesia menimbulkan pertentangan mengingat pelakunya berasal dari pemeluk mayoritas di negeri ini. Namun lihatlah, di India kekerasan atas nama agama dialami oleh saudara-saudara kita yang menjadi penganut agama bukan mayoritas. Bahkan di Irlandia pun terjadi kekerasan atas nama agama.

Yang harus menjadikan kita dewasa dalam menyikapi kritikan Marx adalah bagaimana kita menempatkan agama itu agar tidak menjadikan candu bagi kita, yang kita sendiri tahu bahwa candu pasti bukan menghasilkan sesuatu yang baik namun merusak.

Salam damai Nusantara.

Postingan populer dari blog ini

Estimasi Hasil Produk Pemotongan Ayam Broiler

Posisi Bercinta Paling Nikmat

Sejarah Desa Boja: Mataram Kuno hingga Jaman Wali Songo